Kamis, 14 November 2013

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


       Kromatografi merupakan salah satu cara pemisahan kimia yang paling populer dan paling banyak digunakan. Kromatografi pertama kali dilakukan oleh Michael Tswett, seorang ahli botani Rusia yang bekerja di Warsawa pada tahun 1906. Pemisahan yang diujicobakan adalah pemisahan klorofil dan pigmen lainnya dalam suatu sari tanaman dengan menggunakan kolom gelas yang diberi keran pada ujungnya. Larutan petroleum eter yang mengandung cuplikan diletakkan pada ujung atas kolom gelas sempit yang telah diisi dengan bubuk kalsium karbonat. Ketika ke dalam kolom tersebut dituangi petroleum eter maka akan terlihat bahwa pigmen-pigmen terpisah dalam beberapa daerah atau pita. Setiap pita berwarna diisolasi dan diidentifikasi senyawa penyusunnya. Adanya pita berwarna tersebut melatarbelakangi nama “kromatografi” yang berasal dari bahasa Yunani. “Kromatos” berarti warna dan “graphos” yang berarti menulis.
            Kromatografi mencakup berbagai proses berdasarkan perbedaan distribusi dari penyusun cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal pada sistem dan disebut fasa diam. Fasa yang alin dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui celah-celah fasa diam. Gerakan fasa gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan.
            Setetes cairan jika diteteskan pada sepotong kertas atau kain akan melebar dalam bentuk bulat, dan jika larutan itu mengandung senyawa berwarna maka akan terlihat suatu lingkaran berwarna. Tehnik analisis sederhana ini digunakan bangsa Roma untuk menguji zat warna. Sekitar satu abad lalu, ahli kimia Jerman, Runge, Schoebien dan Goppelsroedn membuat kemajuan tehnik ini sehingga lebih reprodusibel dan dapat digunakan secara kuantitatif.
            Tehnik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Egon Stahl dengan menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan lapisan tipis. KLT merupaka kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupaka kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini sangat populer karena memberikan banyak keuntungan, yaitu peralatan yang diperlukan sederhana, murah, waktu analisis yang singkat serta daya pisah cukup baik. Selain itu sampel yang dibutuhkan sangat sedikit.
            Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom dapat diterapkan pada KLT. Pemisahan dilakukan oleh keseimbangan cuplikan dalam dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam. Derajat retensi pada kromatografi ini dinyatakan sebagai faktor retensi (Rf) :

  Rf = jarak tempuh zat terlarut 
           jarak tempuh pelarut

   Jarak tempuh pelarut dapat diukur dengan mudah yaitu mulai dari tempat totolan sampel sampai garis tempat berhentinya pelarut. Jarak tempuh cuplikan adalah jarak dari totolan sampel sampai ke bercak atau noda pada lempeng.
            Fasa diam yang biasa digunakan dalam KLT adalah serbuk silika gel, alumina, tanah diatomae, selulosa dan lain-lain yang memiliki ukuran butir sangat kecil yaitu 0,063-0,125 mm. Fasa diam tersebut dilapiskan pada kaca, aluminium maupun plastik dengan ketebalan tertentu. Plat KLT dapat dibuat sendiri atau dibeli langsung dalam bentuk jadi  (pra paking) dari beberapa perusahaan. Lapisan tipis ini secara umum ada yang perlu diaktifkan sebelum digunakan, misalnya silika gel dan alumina, ada juga yang tidak perlu diaktifkan misalnya selulosa.
            Larutan cuplikan (sekitar 1% dalam suatu pelarut) diteteskan dengan pipet mikro atau injektor pada jarak 1-2 cm dari batas plat. Setelah pelarut dari noda menguap, plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak yang sesuai hingga jarak eluen/fasa gerak dari batas plat mencapai 7-10 cm. Proses pengembangan dikerjakan dalam wadah tertutup (chamber) yang diisi eluen yang sesuai dengan sampel. Chamber tersebut dijenuhi dengan uap eluen agar dihasilkan pemisahan yang baik dan dapat ulang (reprodusibel). Tehnik pengembangan dapat dari bawah ke atas (asending), dari bawah ke atas (desending) atau mendatar. Langkah berikutnya adalah mengeringkan sisa eluen dalam lapisan tipis dengan didiamkan pada suhu kamar beberapa saat. Noda pada lapisan tipis dapat diamati langsung untuk noda tampak. Jika noda tidak tampak dapat dilihat dengan lampu UV pada panjang gelombang pendek (254 nm) atau pada panjang gelombang panjang (366 nm). Dapat juga dilihat dengan menggunakan pereaksi semprot penimbul warna.
Cara memilih eluen.
            Pemilihan eluen yang tepat merupakan langkah yang sangat penting untuk keberhasilan analisis dengan KLT. Prinsipnya sampel harus lebih terikat dalam fasa diam daripada dalam fasa gerak. Pertimbangannya dapat menggunakan prinsip “similia similibus solventur” atau biasa dikenal dengan prinsip “like dissolve like”. Umumnya eluen untuk kromatografi ditemukan dengan cara ‘trial and error” atau coba-coba. Jarang sekali penentuan eluen berdasarkan pada pengetahuan yang mendalam tentang mekanisme proses kromatografi. Pedoman umum yang sederhana dan mudah dilakukan dalam memilih eluen adalah berdasarkan pada polaritas, kemampuan membentuk ikatan hidrogen dan reaktivitas suatu eluen.

Sumber :


      B.S.Ari Sudarmanto, Erwin A.R., Fajar R.W., Surya D.M, 2000, Kromatografi Lapis Tipis, Tugas   
      Kelompok Mata kuliah Kromatografi Senyawa Organik, Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta.

Chairil A., Bambang P., Harno D.P., Tutik D.W., 1996, Pengantar Praktikum Kimia Organik, Depdikbud.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2006, Kecakapan Hidup (Life Skill), Jakarta


Selasa, 05 November 2013

Memotivasi Diri Sendiri


Hello guys, sebelum kita baca tips dan trik memotivasi diri sendiri pada saat down, kita kudu harus wajib tahu apa itu motivasi. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan (wikipedia). motivasi merupakan suatu alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Monggo di baca beberapa Tips dan Trik dibawah ini :

1.      Selalu bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan untuk kita
2.      Selalu dekatkan diri pada Allah SWT
3.      Ingat bahwa “down hanya sementara”
4.      Fokus pada satu GOAL
5.      Ingatkan diri anda bahwa “SAYA HARUS SUKSES” 
6.      Yakin akan usaha yang telah anda lakukan akan membuahkan hasil terbaik
7.      Mintalah nasehat dan doa kepada orang tua, keluarga, atau orang terdekat anda
8.      Jangan pernah mengganggap kegagalan adalah akhir dari segalanya
9.      Jangan tinggalkan ibadah anda, Karena apabila sedang down Allah yang menjadi sandaran utama anda
10.  Jadilah seseorang yang optimis jangan jadi seseorang yang pesimis
11.  Jangan hanya bicara, tapi segera lakukan “TINDAKAN”
12.  Ingat “HIDUP”adalah “PROSES” dan "PILIHAN"
13.  Teriakan “ SEMANGAT” , “SUKSES”, “KAYA” karena perkataan adalah sebagian dari doa
14.  Ingat Allah Maha Adil dan Allah akan memberikan yang terbaik pada setiap umatNya
15.  Buatlah pengingat seperti tulisan, poster, atau foto yang berisi keinginan dan tujuan anda kemudian tempel di dinding kamar atau buku harian, ini bermaksud untuk akan mengingatkan anda pada keinginan dan tujuan yang akan andai capai dan anda miliki suatu hari

Selamat mencoba ya sobat!!!! J









Sabtu, 25 Mei 2013

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN MEDIA




 PEMBUATAN MEDIA



1. Tujuan Percobaan
          - Mampu mengetahui dan membuat beberapa macam media yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

2. Dasar Teori
                   Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerluka suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa mediumditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya. Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh.
                   Secara umum media dikelompokan menjadi 3 yaitu alami, semi buatan, dan buatan. Media ala : tape, nasi, tanah, dll. Media semi buatan : terbuat dari bahan kimia dengan bahan alami, misalnya agar tauge, agar kentang dextrose, dll. Media buatan : media yang seluruhnya dibuat dari bahan kimia, misalnya agar sabaurud, agar czapek Dak, dan lain-lain.
                   A. Macam – macam Media
                             Berdasarkan konsisten atau kepadatannya, medium dibagimenjadi 3 jenis, yaitu :
1. Media cair / broth / liquid medium.
     Contoh : air pepton, nutrien broth, laktosa, media kaldu nutrient.
2. Media setengah padat ( semi solid medium )
     Contoh : media kaldu agar tegak seni solid.
3. Medium padat ( solid medium )
     Contoh : media kaldu agar, media plate count agar, media agar sitrat sinmons.

              Menurut bentuknya, media dapat digolongkan dalam : media cair, media semi padat, dan medium padat. Media semi padat adalah media yang mengandung bahan sama dengan media cair, tetapi ditambah dengan agar-agar sehingga hampir padat. Medium padat yaitu medium cair yang ditambah agar-agar sehingga jadi padat.                       
Menurut kegunaannya, medium dapat digolongkan atas :
Ø Medium umum, yaitu medium yang umum dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme dimana berbagai mikroorganisme dapat tumbuh pada medium ini.
Ø Medium selektif , yaitu medium yang hanya dapat ditumbuhi mikroorganisme tertentu saja. Contoh : agar Endo, agar SS, agar Hs, dan lain-lain.
Ø Medium differensial, yaitu medium yang dapat ditumbuhi semacam mikroorganisme dengan memberikan ciri tertentu. Mikroorganisme tersebut mampu menguraikan salah satu bahan pembuat medium dimana mikroorganisme lain yang sama-sama tumbuh disitu tidak mampu. Contoh : agar darah, agar ecsin metilen blue, dan lain-lain.
Ø Medium pepaya, yaitu medium yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu sebelum ditumbuhkan pada medium yang dipakai dalam penelitian dengan maksud menyuburkan lebih dahulu mikroorganismetersebut.
B. Penyimpanan Media
                   Sebelum digunakan, medium yang sudah disterilkan, baik medium cair maupun medium padat, dapat disimpan didalam tabung-tabung gelas berupa erlenmeyer atau tabung-tabung gelas berupa erlenmeyer atau tabung reaksi ataupun dalam botol.
                   Penyimpanan dalam jumlah kecil biasanya dalam tabung reaksi sebanyak 10-15 ml untuk agar yang nantinya diperlukan untuk mengisi cawan petri. Sebanyak 5-7 ml untuk membuat agar miring yang diperlukan untuk menanam biakan, agar miring dibuat dengan memiringkan tabung reaksi berisi medium setelah disterilkan sebelum medium menjadi padat.

3. Alat dan Bahan
     Nutrient Agar ( agar kaldu )
Alat :
·        Gelas kimia                    1 buah
·        Pengaduk                       1 buah
·        Spatula                          1 buah
·        Kaca arloji                     1 buah
·        Cawan petri                   2 buah
·        Magnet stirer                 1 buah
·        Neraca analitik               1 buah
·        Hot plate                        1 buah
·        Aluminium foil
Bahan :
a.     NaCl                              5 gram
b.     Pepton                           5 gram
c.      Ekstrak daging               3 gram
d.     Aquadest                       1 liter
e.      Agar-agar (bacto)           18 gram

4. Langkah Kerja
1.     Mencampurkan a-d.
2.     Memanaskan hingga mendidih selama 5 – 10 menit.
3.     Mengambil dari atas api, menambahkan 3 – 5 ml NaOH 20% sambil diaduk dengan mnggoyangkan labu erlenmeyer, hingga bereaksi bisa terhadap brom – thymol blue.
4.     Membiarkan kotorannya mengendap.
5.     Menyaring melalui saringan kapas hingga bening.
6.     Memeriksa reaksinya terhadap “ brom – thymol blue “ 0,04% dan menetralkan hingga akhirnya diperoleh pH 6,8 – 7,0.
7.     Menambahkan agar-agar, menambahkan lagi sampai agar-agar larut semua ( kelihatan larutan bening ).
8.     Menstelirkan selama 20 menit pada suhu 1200c.

5. Data Pengamatan
Sifat fisik
Pengamatan
Sebelum pendinginan
Sesudah pendinginan
Warna
Kuning
Kuning
Bentuk
Cair
Padat
Bau
Berbau
Tidak berbau

6. Analisa Percobaan
          Percobaan pembuatan media yang dilakukan adalah nutrient agar ( agar kaldu ). Percobaan dilakukan dengan mencampurkan semua bahan yang telah ditimbang, penimbangan dilakukan dengan cepat karena pepton bacto dan ekstrak daging bersifta higroskopis. Setelah semua tercampur dengan aquadest, dipanaskan gingga mendidih selama bebrapa menit. Pada saat pemanasan, larutan dimasukan magnetic stirer. Setelah larutan dididihkan menjadi bening, larutan didinginkan sampai larutan tersebut menjadi agar – agar padat.

7. Kesimpulan
          Setelah melakun percobaan maka dapat disimpulkan media yang dibuat harus disesuaikan dengan karakteristik dari jenis mikroba yang akan ditumbuhkan. Faktor lingkungan seperti suhu, pH, kecukupan nutrient media dan kontaminasi perlu dikondisikan sebaik mungkin agar mikroba yang ditumbuhkan berhasil.

8. Daftar Pustaka

  • Jobsheet Rekayasa Bioproses “ Pembuatan Media”. Politeknik Negeri Sriwijaya. 2012

  •  Sectoranalyst.blogspot.com/2011/10/pembuatan-media-agar-nutrient-nutrient.html

TITRASI PENGENDAPAN

TITRASI PENGENDAPAN
(PENETUAN KLORIDA)
1.      Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu melakukan standarisasi dan penetuan pada titrasi pengendapan dengan metode Mohr.

2.      Rincian Percobaan
1.      Standarisasi larutan AgNO3
2.      Penetuan kadar klorida pada cuplikan.

3.      Dasar Teori
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi pembentukkan endapan antara analit dengan titran. Terdapat tiga macam titrasi pengendapan yang dibedakan dari indicator yang digunakan :
1.      Metode Mohr
2.      Metode Volhard
3.      Metode adsorbsi
Pada titrasi yang melibatkan garam-garam perak, ada tiga indikator yang dapat dipergunakan. Metode Mohr menggunakan ion kromat CrO42- untuk mengendapkan AgCrO4 berwarna cokelat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat SCN-. Dengan metode Fajans menggunakan indikator adsorbsi.
Seperti suatu sistem asam basadapat digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa, maka peembentukkan endapan dapat juga digunakan sebagai petunjuk akhir suatu titrasi. Pada metode Mohr, yaitu penentuan klorida dengan ion perak dengan indikator ion kromat, penamplan pertama yang tetap dari endapan perak kromat yang berwarna kemerah-merahan dianggap sebagai suatu titik akhir titrasi.
Merupakn hal yang diinginkan bahwa pengendapan indikator dekat pada titik ekivalen. Perak kromat lebih larut (sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter) dari pada perak klorida (1 x 10-5 mol/liter). Jika ion perak ditambahkan kepada sebuah larutan yang mengandung ion klorida dalam konsentrasi yang besar dan ion kromat dalam konsentrasi yang kecil, maka perak klorida akan terlebih dahulu mengendap membentuk endapan berwarna putih, perak kromat baru akan terbentuk sesudah konsentrasi ion perak meningkat samap melampaui harga Kkel perak kromat.
Metide Mohr dapat juga digunakan untuk penentuan ion bromida dengan perak nitrat. Selain itu juga dapat menentukan ion sianida dalam larutan yang sedikit alkalis.

4.      Alat dan Bahan
·          
Neraca Analitis
1 buah
·          
Kaca Arloji
1 buah
·          
Erlenmeyer 250 ml
6 buah
·          
Buret 50 ml
2 buah
·          
Pipet Ukur 25 ml
2 buah
·          
Gelas Kimia 100 ml, 250 ml
2 buah
·          
Labu Takar 100 ml, 250 ml
   1,1 buah
·          
Spatula
2 buah
·          
Bola Karet
    2 buah
·          
Pipet Tetes
    4 buah
·          
Pengaduk
    2 buah

Bahan yang digunakan
·         AgNO3
·         Indikator K2CrO4
·         NaCl p.a
·         Cuplikan yang mengandung Cl

5.      Langkah Kerja
5.1  Menstandarisasi Larutan Baku AgNO3
ü  Menimbang 4,25 gram perak nitrat dan menambahkan air aquadest sampai 250 ml dalam labu takar. Jaga jangan samapai terkena sinar matahari.
ü  Menimbang dengan teliti tiga cuplikkan Natrium Klorida yang murni dan kering seberat 0,20 gram dengan tiga Erlenmeyer 250 ml.
ü  Melarutkan tiap contoh dalam 25 ml aquadest dan tambahkan 2 ml 0,1 M kalium kromat.
ü  Mentitrasi cuplikkan dengan larutan nitrat sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerah-merahan yang stabil.
5.2  Penetuan Klorida
ü  Menimbang dengan teliti cuplikan, melarutkan kedalam air samapi 100 ml.
ü  Mengambil 25 ml alikot massukan kedalam Erlenmeyer 250 ml.
ü  Menambahkan tiga tetes indikator kalium kromat.
ü  Mentitrasi dengan larutan baku perak nitrat sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerah-merahan yang stabil.




6.      Data Pengamatan
6.1  Standarisasi Larutan Baku/Standar AgNO3
No
Gram Analit (NaCl)
Volume Titran (AgNO3)
1
200 mg
35,3 ml
2
200 mg
34,5 ml
3
200 mg
35,3 ml
Jumlah
Rata-rata
105,1 ml
35,03 ml

6.2  Penetuan Cl- dengan AgNO3
No
Volume Analit
Volume Titran (AgNO3)
1
25 ml
18,8 ml

25 ml
16,3 ml

25 ml
16,0 ml
Jumlah
Rata-rata
17,03 ml
51,1 ml

7.      Perhitungan
7.1  Standarisasi Larutan AgNO3
Menentukan normalitas AgNO3  
200 mg 58,4428 mg/mek
=
35,0333 ml x N
NAgNO3
=
3,4221 mek 35,0333 ml

=
0,097 N

7.2  Penetuan Klorida dengan AgNO3
Menentukan % klorida dalam contoh :

Perhitungan Secara Praktek


% Cl
=
17,0333 ml x 0.097 mg/mek x 35, 453 mg/mek x 100                    500mg x 25/100

=
46,86 %





8.      Analisa Percobaan
Pda percobaan titrasi pengendapan penentuan klorida yang bertidak sebagai analit adalah Cl. NaCl sebagai standar primer, K2CrO4 sebagai indikator, AgNO3 sebagai titran, dan Kcl sebagai sampel.
Pada standarisasi larutan baku AgNO3 menimbang perak nitrat seberat 4,25 gram dan menambahkan 250 ml aquadest di dalam labu takar. Jangan samapai terkena sinar matahari setelah itu menimbang 0,20 gram natrium klorida dan melarutkannya dalam 25 ml air di dalam erlenmeyer 250 ml dan setelah itu mentitrasi Natrium Klorida dengan AgNO3 sampai warnanya kemerah-merahan. Volume titrasinya 35,3 ml ; 34,5 ml ; dan 35,3 ml.
Pada penetuan klorida menimbang dengan teliti cuplikan dan melarutkannya dalam 100 ml air, dan mengambil 25 ml cuplikan sebagai alikot dan masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, menambahkan indikator ion cromat sebanyak 5 tetes. Setelah itu mentitrasi cuplikkan dengan AgNO3 sampai warnanya kemerah-merahan yang stabil. Volume titrasinya 18,8 ml ; 16,03 ml ml ; dan 16,0 ml.



9.      Kesimpulan
Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan :
Pada standarisasi larutan baku/standar AgNO3 di dapatkan Normalitas = 0.097 N
Pada penentuaan klorida dengan AgNO3 di dapatkan % Cl = 46,86  %
Pada perhitungan klorida secara teori didapatkan % Cl = 47,55 %
Pada perhitungan Persentase kesalahan didapatkan = 1,45 %

10.  Pertanyaan
10.1          Apakah yang dimaksud dengan argentometri?
10.2          Pada titrasi yang anda lakukan di atas, tuliskan apa yang bertindak sebagai :
  •   Standar primer
  •   Standar sekunder
  •  Analit
  •  Indikator
10.3          Tuliskan titrasi pengendapan yang bukan argentometri
Jawab :
10.1 Argentometri adalah semakin kecil kelarutan endapan maka makin sempurna reaksinya.
10.2
Standar primer
NaCl p.a
Standar sekunder

Analit
Cl-
Indikator
K2CrO4

10.3
Ion yang Ditemukan
Titran
Indikator
SO42-
Pb (NO3)2
Ditizon

Pb (NO3)2
Eritrosin B

Ba (ClO4)2
Torin

BaCl2
Alizarin Merah
PO43-
Pb (Ac)2
Dibromofluorescein

Pb (Ac)2
Diklorofluorescein
CrO42-
Pb (Ac)2
Fuerescein
Cl-, Br-
Hg2 (NO3)2
Biru Bromfenol

111.  Daftar Pustaka
Jobsheet.Kimia Analisis Kimia/Politeknik Negeri Sriwijaya/2012